dalam misinya ke daerah tersebut mereka di temui oleh 2 kelompok masyarakat yaitu 1) adalah para penguasa dan masyarakat biasa yang mudah menerima agama baru dan juga dapat mengerti perubahan kekuasaan dan 2) masyarakat yang dipimpin oleh Demang Suryo Ngalam, yang bukan saja menolak agama baru namun juga menolak perubahan politik. karena ini Batara Katong mengambil inisiatif untuk menjalankan perang, dalam pertarungan yang keras dan sengtrt Batara katong pun menang, namun Damang Suryo tidak kalah telak, ia memang kalah, namun tidak terbunuh, dia masih hidup sebagai golongan yang melawan kekuasaan dan agama baru, masyarakat Ponorogo percaya bahwa komunitas ini adalah awal dari para kaum warok, yaitu orang yang memiliki kadigdayaan jasmani tidak tunduk pada syariat islam, biarpun kaum warok beragama islam naming mereka tidah mengikuti syariat sepenuhnya, dalam masyarakat jawa, kelompok ini yang disebut abangan
setelah menang Batoro diangkat menjadi Buapati Ponorogo pertama, setelah itu diangkat kembali menjadi adapati, karena jasa yang diberikan dan kewibawaan dalam menjalankan tugas makam Batoro tidak pernah sepi untuk diziarah dari para pengikutnya, orang orang alimpun banyak yang mendirikan masjid dan disitulah berkembang komunitas santri. dalam pengajaran agamanya yang teratur jadilah sebuah pesantren, namun yang beritanya paling terdengar setelah Abad ke 17 karena banyak lulusan santrinya yang menjadi Raja di suatu tempat , hingga kini pondok pesantren yang berada di Ponorogo semakin banyak diantaranya yang terbesar adalah Pesantren Gontor dan Pesantren Walisongo
dari latar belakang demikian dapat kita peroleh bahwa masyarakat Ponorogo terdiri dari 2 macam yaitu golongan taat agama yang merupakan cerminan dari Batoro dan golongan yang tidak taat agama sepenuhnya dari cerminan Suryo
sumber : Budaya Kewargaan Komunitas Islam di Daerah Aman Dan Rentan Konflik
No comments:
Post a Comment