Membahas Film "Sunan Kalijaga" (1984)
Assalamualaikum Wr.wb .Kawan, kali ini saya akan membahas isi dari film "Sunan Kalijaga" yang telah saya tonton dan diperankan oleh Deddy Mizwar. Film ini memang tergolong film jadul. Bisa dilihat dari gambarnya yang kualitas nya (maaf) buram atau kurang baik. Tetapi, skenario dan jalan ceritanya cukup menarik. Saya ingin membahas film ini karena saya sangat menyukai tokoh Sunan Kalijaga ini. Yang Menarik dari Sunan Kalijaga ialah dia menyebarkan Agama Islam lewat media Wayang Kulit yang sampai saat ini masih Eksis dan berkembang di Tanah Jawa. Dan di film tersebut dikisahkan Perjalanan R.M Said (Sunan Kalijaga),salah satu dari wali songo yang terkenal tabah dalam menjalani berbagai cobaan. Maka sang mahakuasa memberinya cahaya, yang kemudian menjadikannya sebagai seorang wali . Film ini diproduksi oleh PT.Tobali Indah Film. Saya di sini tidak akan menceritakan satu persatu detail filmnya dari awal, namun akan saya ambil bagian-bagian yang saya fikir merupakan inti dari cerita sunan kalijaga. Berikut adalah beberapa Plot adegannya ;
1. Ketika Sunan kalijaga mendapat sebuah petunjuk untuk mencari sebuah tongkat sebagai petunjuk jalan, dan emas pada tangkainya yang selalu tergenggam. Kalau dihubungkan dengan ilmu islam, tongkat adalah lambang dari petunjuk arah, pemantap langkah dalam menempuh laku perjalanan, atau dengan kata lain tongkat adalah lambang dari ketauhidan, sedangkan emas yang selalu tergenggam adalah perlambangan dari keimanan, hanya dengan keimanan baru kita dapat beribadah. Namun bukan berarti setiap orang harus memiliki tongkat seperti yang ada di film tersebut, ambil hakekatnya saja kawan.
2. Ketika sunan kalijaga mengejar sunan bonang di padang pasir, kemudian ia terkena pusaran tanah dan tersedot hingga ke dasar yang ternyata di dasarnya ada sebuah sumber mata air. Untuk para pencari ilmu abadi pasti tau bahkan sebagian mungkin ada yang pernah mengalami secara rohani. Ini merupakan tahap awal penyucian raga. Sebenarnya di dalam mata air itu tidak sampai terombang-ambing seperti itu, airnya tenang dan sangat jernih, bahkan dasarnya dapat terlihat.
3. Sunan kalijaga meminta wejangan ilmu yang disebut “Titik Ba’”, Mengapa disebut titik ba’, coba kita lihat kalimat “Bismillahirrahmaanirrahiim” perlu sebuah titik pada huruf ba’ sehingga kalimat itu dapat hidup, pada kata “Bis” yang berarti “dengan” kalau diartikan selalu gandeng dengan Gusti, barulah Rahman, Rahimnya mengalir. Sebetulnya inti dari film ini ada di bagian ini, Titik Ba’, Ba’ adalah ilmu yang abadi, Ba kalau dilanjutkan Baqa’ yang artinya kekal, sedangkan yang kekal hanya satu. Jadi ilmu itu sangat luar biasa kawan.
4. Malaikat, Jin, Setan duduknya ada di dalam Qalb, manusia memang memiliki unsur-unsur tersebut, sifat-sifat tersebut harus dipupus, ditundukkan, di dalam film sunan kalijaga diperintahkan untuk mengubur diri hidup-hidup, tapi menurut saya, tidak perlu sampai melakukan kubur diri, yang diperlukan hanyalah, menjadikan sifat-sifat itu seolah-olah mati, sehingga hanya nur yang mengatur hidup ini, tidak perlu dimatikan, karena dalam ajaran agama dilarang membunuh hanya menundukkan. Setelah seorang hamba senantiasa dikuasai cahaya di setiap menjalani hidupnya, barulah Titik itu diberikan. Diletakkan di dalam anfus, yang letaknya kira-kira tiga jari di bawah dada kiri. Cahaya setitik yang gemerlapan seperti bintang di langit.
LINK VIDEO:http://www.youtube.com/watch?v=er2tRJt1v7U
Nah, ini SInopsis Filmnya
Raden Mas Said, putera sulung Tumenggung Wilarikta (W. D. Mochtar) dibawah Kerajaan Majapahit yang berkuasa di wilayah Tuban, melihat sekeluarga miskin yang menderita busung lapar. Ia merasa sangat prihatin dan hati nuraninya tergugah untuk menolong. Kemudian ia mencoba secara diam-diam mengambil makanan dari lumbung orangtuanya. Perbuatan itu tidak disetujui orangtuanya, bahkan ia dihukum sekap di gudang makanan itu. Sejak kejadian itu, R. M. Said yang tumbuh dewasa (Deddy Mizwar) tidak betah tinggal di rumah. Ia berkelana dari daerah satu ke daerah lainnya. Dari sanalah ia tahu betapa banyak penyelewengan dan kesewenang-wenangan para lurah yang munafik. Mereka selalu mengkambing-hitamkan Tumenggung untuk menutupi kejahatannya. Atas laporan R. M. Said, ayahnya kemudian sadar. Tetapi kemudian ia dianggap sebagai sumber fitnah. Dalam kelananya, kemudian ia bertemu dengan Sunan Bonang yang banyak mencurahkan ilmunya kepada R. M. Said. Ia pun kemudian melakukan tapa di pinggir kali. Berkat ketabahannya menghadapi berbagai cobaan, R. M. Said mendapatkan "Nur" (kekuatan) dari ilahi. Kemudian ia diangkat menjadi Wali yang terkenal dalam deretan nama Sembilan Wali (Wali Sanga) dengan nama Sunan Kalijaga.
Teman, Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari pengalaman hidup, baik itu pengalaman hidup pribadi maupun orang lain. Orang Jawa menyebut belajar pada pengalaman orang lain itu sebagai “kaca benggala”. Nah, kini kita belajar pada pengalaman dari Kanjeng Sunan Kalijaga. Ketika itu, Kanjeng Sunan Kalijaga yang juga dijuluki Syech Malaka berniat hendak pergi ke Mekkah. Tetapi, niatnya itu akhirnya dihadang Nabi Khidir. Nabi Khidir berpesan hendaknya Kanjeng Sunan Kalijaga mengurungkan niatnya untuk pergi ke Mekkah, sebab ada hal yang lebih penting untuk dilakukan yakni kembali ke pulau Jawa. Kalau tidak, maka penduduk pulau Jawa akan kembali kafir. Bagaimana wejangan dari Nabi Khidir pada Kanjeng Sunan Kalijaga? Hal itu tercetus lewat Suluk Linglung Sunan Kalijaga. Inilah kutipan wejangannya:
Birahi ananireku,
aranira Allah jati.
Tanana kalih tetiga,
sapa wruha yen wus dadi,
ingsun weruh pesti nora,
ngarani namanireki
Timbullah hasrat kehendak Allah menjadikan terwujudnya dirimu; dengan adanya wujud dirimu menunjukkan akan adanya Allah dengan sesungguhnya; Allah itu tidak mungkin ada dua apalagi tiga. Siapa yang mengetahui asal muasal kejadian dirinya, saya berani memastikan bahwa orang itu tidak akan membanggakan dirinya sendiri.
Sipat jamal ta puniku,
ingkang kinen angarani,
pepakane ana ika,
akon ngarani puniki,
iya Allah angandika,
mring Muhammad kang kekasih.
Adapun sifat jamal (sifat terpuji/bagus) itu ialah, sifat yang selalu berusaha menyebutkan, bahwa pada dasarnya adanya dirinya, karena ada yang mewujudkan adanya. Demikianlah yang difirmankan Allah kepada Nabi Muhammad yang menjadi Kekasih-Nya.
Yen tanana sira iku,
ingsun tanana ngarani,
mung sira ngarani ing wang,
dene tunggal lan sireki iya Ingsun iya sira,
aranira aran mami.
Kalau tidak ada dirimu, Allah tidak dikenal/disebut-sebut; Hanya dengan sebab ada kamulah yang menyebutkan keberadaan-Ku; Sehingga kelihatan seolah-olah satu dengan dirimu. Adanya AKU, Allah, menjadikan dirimu. Wujudmu menunjukkan adanya Dzatku.
Tauhid hidayat sireku,
tunggal lawan Sang Hyang Widhi,
tunggal sira lawan Allah,
uga donya uga akhir,
ya rumangsana pangeran,
ya ALLOH ana nireki.
Tauhid hidayah yang sudah ada padamu, menyatu dengan Tuhan. Menyatu dengan Allah, baik di dunia maupun di akherat. Dan kamu merasa bahwa Allah itu ada dalam dirimu.
Ruh idhofi neng sireku,
makrifat ya den arani,
uripe ingaranan Syahdat,
urip tunggil jroning urip sujud rukuk pangasonya,
rukuk pamore Hyang Widhi.
Ruh idhofi ada dalam dirimu. Makrifat sebutannya. Hidupnya disebut Syahadat (kesaksian), hidup tunggal dalam hidup. Sujud rukuk sebagai penghiasnya. Rukuk berarti dekat dengan Tuhan pilihan.
Sekarat tananamu nyamur,
ja melu yen sira wedi,
lan ja melu-melu Allah,
iku aran sakaratil,
ruh idhofi mati tannana,
urip mati mati urip.
Penderitaan yang selalu menyertai menjelang ajal (sekarat) tidak terjadi padamu. Jangan takut menghadapi sakratulmaut, dan jangan ikut-ikutan takut menjelang pertemuanmu dengan Allah. Perasaan takut itulah yang disebut dengan sekarat. Ruh idhofi tak akan mati; Hidup mati, mati hidup.
Liring mati sajroning ngahurip,
iya urip sajtoning pejah,
urip bae selawase,
kang mati nepsu iku,
badan dhohir ingkang nglakoni,
katampan badan kang nyata,
pamore sawujud, pagene ngrasa matiya,
Syekh Malaya (Sunan Kalijogo) den padhang sira nampani,
Wahyu prapta nugraha.
Mati di dalam kehidupan. Atau sama dengan hidup dalam kematian. Ialah hidup abadi. Yang mati itu nafsunya. Lahiriah badan yang menjalani mati. Tertimpa pada jasad yang sebenarnya. Kenyataannya satu wujud. Raga sirna, sukma mukhsa. Jelasnya mengalami kematian! Syeh Malaya (S.Kalijaga), terimalah hal ini sebagai ajaranku dengan hatimu yang lapang. Anugerah berupa wahyu akan datang padamu.
Dari wejangan tersebut dapat disimpulkan bahwa kita bisa lebih mengenal GUSTI ALLAH (kata wong jowo)/ALLAH SWT Dan seharusnya manusia tidak takut untuk menghadapi kematian. Disamping itu juga terdapat wejangan tentang bagaimana seharusnya semedi yang disebut “mati sajroning ngahurip” dan bagaimana dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
Birahi ananireku,
aranira Allah jati.
Tanana kalih tetiga,
sapa wruha yen wus dadi,
ingsun weruh pesti nora,
ngarani namanireki
Timbullah hasrat kehendak Allah menjadikan terwujudnya dirimu; dengan adanya wujud dirimu menunjukkan akan adanya Allah dengan sesungguhnya; Allah itu tidak mungkin ada dua apalagi tiga. Siapa yang mengetahui asal muasal kejadian dirinya, saya berani memastikan bahwa orang itu tidak akan membanggakan dirinya sendiri.
Sipat jamal ta puniku,
ingkang kinen angarani,
pepakane ana ika,
akon ngarani puniki,
iya Allah angandika,
mring Muhammad kang kekasih.
Adapun sifat jamal (sifat terpuji/bagus) itu ialah, sifat yang selalu berusaha menyebutkan, bahwa pada dasarnya adanya dirinya, karena ada yang mewujudkan adanya. Demikianlah yang difirmankan Allah kepada Nabi Muhammad yang menjadi Kekasih-Nya.
Yen tanana sira iku,
ingsun tanana ngarani,
mung sira ngarani ing wang,
dene tunggal lan sireki iya Ingsun iya sira,
aranira aran mami.
Kalau tidak ada dirimu, Allah tidak dikenal/disebut-sebut; Hanya dengan sebab ada kamulah yang menyebutkan keberadaan-Ku; Sehingga kelihatan seolah-olah satu dengan dirimu. Adanya AKU, Allah, menjadikan dirimu. Wujudmu menunjukkan adanya Dzatku.
Tauhid hidayat sireku,
tunggal lawan Sang Hyang Widhi,
tunggal sira lawan Allah,
uga donya uga akhir,
ya rumangsana pangeran,
ya ALLOH ana nireki.
Tauhid hidayah yang sudah ada padamu, menyatu dengan Tuhan. Menyatu dengan Allah, baik di dunia maupun di akherat. Dan kamu merasa bahwa Allah itu ada dalam dirimu.
Ruh idhofi neng sireku,
makrifat ya den arani,
uripe ingaranan Syahdat,
urip tunggil jroning urip sujud rukuk pangasonya,
rukuk pamore Hyang Widhi.
Ruh idhofi ada dalam dirimu. Makrifat sebutannya. Hidupnya disebut Syahadat (kesaksian), hidup tunggal dalam hidup. Sujud rukuk sebagai penghiasnya. Rukuk berarti dekat dengan Tuhan pilihan.
Sekarat tananamu nyamur,
ja melu yen sira wedi,
lan ja melu-melu Allah,
iku aran sakaratil,
ruh idhofi mati tannana,
urip mati mati urip.
Penderitaan yang selalu menyertai menjelang ajal (sekarat) tidak terjadi padamu. Jangan takut menghadapi sakratulmaut, dan jangan ikut-ikutan takut menjelang pertemuanmu dengan Allah. Perasaan takut itulah yang disebut dengan sekarat. Ruh idhofi tak akan mati; Hidup mati, mati hidup.
Liring mati sajroning ngahurip,
iya urip sajtoning pejah,
urip bae selawase,
kang mati nepsu iku,
badan dhohir ingkang nglakoni,
katampan badan kang nyata,
pamore sawujud, pagene ngrasa matiya,
Syekh Malaya (Sunan Kalijogo) den padhang sira nampani,
Wahyu prapta nugraha.
Mati di dalam kehidupan. Atau sama dengan hidup dalam kematian. Ialah hidup abadi. Yang mati itu nafsunya. Lahiriah badan yang menjalani mati. Tertimpa pada jasad yang sebenarnya. Kenyataannya satu wujud. Raga sirna, sukma mukhsa. Jelasnya mengalami kematian! Syeh Malaya (S.Kalijaga), terimalah hal ini sebagai ajaranku dengan hatimu yang lapang. Anugerah berupa wahyu akan datang padamu.
Dari wejangan tersebut dapat disimpulkan bahwa kita bisa lebih mengenal GUSTI ALLAH (kata wong jowo)/ALLAH SWT Dan seharusnya manusia tidak takut untuk menghadapi kematian. Disamping itu juga terdapat wejangan tentang bagaimana seharusnya semedi yang disebut “mati sajroning ngahurip” dan bagaimana dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
Sumber : http://dartodinus.indowebsolution.com
No comments:
Post a Comment