Nur Alifta Kinanti (31)
Selama tahun-tahun terakhir abad ke-16, Banten tidak diperintah oleh raja melainkan anggota kerajaan yang lebih tua. hal ini terjadi karena wafatnya Sultan Maulana Muhammad saat melakukan penyerangan ke Palembang. Saat itu putra Maulana Muhammad, Sultan Abdul Kadir masih kecil sehingga pemerintahan dikuasai oleh Mangkubumi. Sayangnya, Mangkubumi berhasil ditaklukkan oleh Pangeran Manggala, Pangeran Manggala berkuasa hingga nafas terakhirnya. Setelah itu, Sultan Abdul Kadir yang sudah dewasa memimpin kerajaan Banten sepenuhnya. Pada saat-saat inilah posisi kerajaan Banten kurang diuntungkan.
Pada masa pemerintahan Sultan Abdul Kadir, para pedagang dari Belanda satu persatu datang, mereka bersikap angkuh dan kasar. Saat itu juga Banten melakukan penyerangan terhadap Palembang. Sepulangnya dari penyerangan itu Belanda masih berada di Banten untuk menunggu hasil panen lada agar bisa dibeli dengan harga yang murah. Melihat hal ini, Sultan Abdul Kadir menjadi murka, bahkan begitu angkuhnya Belanda , mereka merampok dua buah kapal milik orang Jawa lalu kabur sambil menembaki kota Banten.
Beruntungnya, beberapa pasukan Banten berhasil menangkap pimpinan dari kekacauan tersebut, Cornelis de Houtman. Ia ditahan selama 1 tahun lamanya, ia bebas dengan tebusan 45.000 gulden yang kemudian diusir pada tanggal 1596.
Dua tahun kemudian, Belanda kembali ke Banten dengan sikap yang lebih sopan, berbeda dengan sebelumnya. Dengan dipimpin oleh Jacob van Neck, Van Waerwijk dan Van Heemskerck. Mereka merayu-rayu Sultann Abdul Kadir dengan cara memberikan hadiah kepada beliau. Dan hasilnnya mereka dapat berdagang di Banten dan Jayakarta dan dapat membawa 3 kapal penuh lada ke negara kincir angin, 5 kapal lagi dibawa ke tempat basis mereka yang berada di Maluku.
Menginjak abad ke-17, Banten mencapai masa keemasan. Setelah Sultan Abdul Kadir wafat, beliau digantikan oleh Abumaali Achmad, setelah Abumaali Achmad, tampilah Sultan yang terkenal, yaitu Sultan Ageng Tirtayasa. Ia memerintah pada tahum 1651-1682. Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Kerajaan Banten semakin memperuncing permusuhannya dengan VOC. hal ini terlihat dari perusakan terhadap 2 kapal belanda karena dinilai terlalu memaksa untuk memonopoli perdagangan di Banten.
Pada masa akhir pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa timbul konflik dalam istana. Sultan Ageng Tirtayasa yang menentang VOC kurang disetujui oleh anaknya sendiri, Sultan Haji sebagai raja muda. Konflik dalam istana tersebut dimanfaatkan oleh VOC dengan politik DEVIDE ET IMPERA atau biasa kita sebut politik adu domba. VOC membantu Sultan Haji untuk menjatuhkan Sultan Ageng Tirtayasa. Semenjak Sultan Ageng Tirtayasa mundur, VOC semakin berkuasa dan raja-raja berikutnya lemah. hal itu menyebabkan kerajaan Banten mengalami kemunduran. :(
Sumber:
Buku Sejarah Indonesia kelas 10
http://maktabahalmukhtar.blogspot.com/2010/01/teori-keruntuhan-kerajaan-banten.html
No comments:
Post a Comment